Belajar dari Sebuah Perjuangan Sang Ayah



Dia bukan seorang raja. Dia juga bukan seorang yang berpengaruh dimasyarakat. Dia bahkan sering dijelekkan, dan dihina. Namun dia tetap tegar. Dia tidak memiliki harta miliaran. Dia bahkan hanya lulusan SMP. Dia juga tidak mempunyai uang sangat banyak. Namun dia memiliki inspirasi yang tinggi. Ia tidak pernah mengeluh akan pahitnya perjuangan yang ia lalui. Ia tidak pernah berharap pada siapapun selain kepada Tuhan.Dia terlihat kurus, hitam namun semangatnya melebihi apapun. pergi pagi, pulang malam. Begitu seterusnya. Ia tidak pernah mengatakan : 

  " Aku lelah "

Dia tidak pernah mengucapkan kalimat seperti itu. Tapi justru kalimat yang sering ia ucapkan : 

" semoga besok menjadi lebih baik dan tidak ada halangan dan rintangan"

Dalam keluarga kecilku, ia yang paling sering diam. Tidak pernah memberikan panjang lebar nasihat. Ia hanya mengatakan :

" jaga dirimu baik-baik " begitulah katanya. 

Jika saya telaah, kata-kata itu memiliki makna yang sangat dalam. Kata "jaga dirimu baik-baik  " seakan-akan sebuah pemberian tanggung jawab yang besar yang harus saya pegang, karena masalah yang saya hadapi saat saya diperantaauan adalah jarak. Dia diam bukan berarti dia tidak bisa melakukan apa-apa. Ia justru melakukan banyak hal yang saya tidak bisa ungkapkan dengan kata-kata. Ia tidak mau hanya sekedar ngomong. Ia hanya ingin melakukan sesuatu hal yang nyata, supaya itu menjadi contoh bagi saya sebagai seorang anak sulung laki-laki diantara saudara-saudara saya. 

Pada waktu kecil saya sering diajak saya untuk keladang. Saat itu memang sangat menggembirakan. Saat itu saya tidak pernah tersentuh dengan namanya smartphone. Justru sekarang masa seperti itu, yang saya ingat dan saya renungkan. Saya sering diajak untuk meniru apa yang ia lakukan. Saya hanya merasa, saya itu cuma membantu orang tua saya. Namun saat ini saya merasakan dan menilai, bahwa perjuangan itu berat dan tidak berhenti disitu saja. " Selagi kamu bisa lakukan ", Itulah kutipan kata yang sering ia ucapkan. Ia tidak pernah kelihatan sedih saat melakukan pekerjaannya. Ia justru senang melakukan pekerjaannya walaupun hasilnya hanya untuk sehari saja.

Hal ini membuat saya sedih. Saya sedih bukan karena melihat penderitaannya. Saya justru sedih karena melihat perjuangannya yang tidak putus-putus dan tidak pantang menyerah. Perjuangan yang ia lakukan bukan untuk dirinya. Ia juga mengajarkan saya tentang kesetiaan pada sebuah hal kecil. Ia setia pada hal-hal kecil seperti sebuah kejujuran. Ia selalu menerapkan kejujuran dalam hidupnya. Hal tersebut tentunya menyebabkan ia dikesampingkan,  karena dia tidak mengikuti seperti yang orang lain mau diluar kejujuran. Ia tidak mau mengambil kesempatan yang ada untuk melakukan ketidakjujuran. Ia selalu dan tetap tegar sampai sekarang. 

Siapakah dia ??

Ya, dia adalah ayahku. Setiap hal yang tampak dari tampilan luarnya (fisik ) bukan tanpa alasan. Banyak bekas luka akibat kena parang dan semak-semak tajam, kulit yang kehitaman karena sinar matahari, bahu yang sudah agak lunglai karena mengangkat beban berat, bahu yang sudah mulai membungkuk karena ditelan usia menggambarkan sebuah makna dari perjuangan. Namun semua masalah itu, tidak menghalanginya untuk terus berjuang. 

Salah obat dari kesemua perjuangannya adalah kesuksesan kami semua anak-anaknya. Semoga kami bisa mewujudkan itu.

Amin.......

Subscribe to receive free email updates: